Idul Fitri 1433 Hijriyah Diprediksi 19 Agustus
KBRN, Jakarta : Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kali ini agaknya sepakat bahwa Idul Fitri 1433 Hijriyah, jatuh pada 19 Agustus 2012, meski pada penentuan awal Ramadhan lalu, ada sebagian umat yang melaksanakan ibadah puasa mulai 20 Juli.
Dengan sepakatnya dua ormas Islam terbesar di Indonesia tentang penetapan hari raya Idul Fitri itu, maka kemungkinan umat Islam di seluruh Indonesia bisa merayakan Lebaran tahun 2012 ini berbarengan, kecuali sekelompok kecil orang di Sumatera Barat yang berlebaran pada 17 Agustus.
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah memang menyambut peringatan Hari Kemerdekaan RI dengan berlebaran. Hal ini disebabkan pada Jumat 17 Agustus, mereka melaksanakan Shalat Idul Fitri 1433 H. Menurut pimpinan tarekat ini, Syafri Malin Mudo, berdasarkan kepercayaan yang mereka anut, 1 Syawal 1433 H tahun ini, bertepatan dengan hari peringatan proklamasi kemerdekaan.
Muhammadiyah memprediksikan bahwa saat matahari terbenam pada 29 Ramadhan 1433 H atau Jumat, 17 Agustus, hilal belum wujud. Artinya, puasa dibulatkan menjadi 30 hari hingga Sabtu, 18 Agustus. Dengan demikian, 1 Syawal 1433 akan jatuh pada Minggu, 19 Agustus 2012.
Dalam keterangan tertulisnya, PP Muhammadiyah menetapkan maklumat ini berdasarkan ijtimak jelang Syawal 1433 H terjadi pada Jumat (17/8) pukul 22.55 WIB. Mereka juga mengacu pada tinggi bulan pada saat itu.
Salah satu pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Marifat Iman membenarkan, "Idul Fitri sama, yaitu pada 19 Agustus 2012, karena pada 17 Agustus posisi hilal masih di bawah ufuk. Maka bulan baru 1 Syawal 1433 H jatuh pada Ahad yaitu 19 Agustus." Dengan posisi hilal seperti itu, kata kyiai yang juga anggota Komisi Fatwa MUI Pusat ini, semua umat Islam akan sepakat menetapkan awal bulan Syawal pada Ahad (19/8).
Dengan kepastian tersebut, PP Muhammadiyah menginstruksikan kepada seluruh warganya untuk melaksanakan shalat Idul Fitri pada 19 Agustus 2012 dan kepada para khatib untuk mensyiarkan poin-poin tertentu di antaranya umat Islam diminta memperkokoh silaturahim dan ukhuwah.
Sementara itu , Rois Syuriah Pengurus Besar NU, Kiai Masdar F. Masudi juga menyebutkan bahwa dalam kalender NU, 1 Syawal 1433 jatuh pada 19 Agustus 2012. Namun demikian, NU masih akan membuktikan secara langsung lewat mekanisme rukyatul hilal.
Ada kemungkinan hasil pengamatan visibilitas bulan yang dilakukan PB NU nantinya juga akan sama dengan penetapan Muhammadiyah, yaitu jatuh pada 19 Agustus 2012.
Sementara itu, menurut Wakil Sekjen PB NU Abdul Mun'im DZ, penetapan Lebaran didasarkan pada perkiraan hisab yang telah dilakukan.
"Dari perkiraan hisab memang diperkirakan sudah bisa dirukyat, bulan sudah pada posisi cukup tinggi pada derajat tertentu."
Tetapi, katanya, hasil akhir ketetapan waktu Idul Fitri tetap akan bertumpu pada pembuktian lewat rukyat, yang akan dilakukan pada 18 Agustus 2012.
"Seperti yang sudah-sudah, kita tunggu hasil rukyat dulu. Tapi, kalau ditanya perkiraan, lebaran kemungkinan jatuh pada 19 Agustus."
Demikian pula dengan MUI yang memprediksi 1 Syawal jatuh pada 19 Agustus. Dalam hitungan tanggal, memang mereka yang berpuasa sejak Sabtu, 21 Juli 2012 hanya genap 29 hari berpuasa, namun, satu bulan dalam tahun Qomariyah memang terdiri dari 29 atau 30 hari.
Sekretaris MUI Kabupaten Cianjur Ahmad Yani menyebutkan, penentuan 1 Syawal dilakukan dengan melihat hilal di salah satu tempat di Pantai Palabuhan Ratu, Sukabumi. Hilal berdasarkan metoda imkan al rukyat, yakni tinggi hilal di atas ufuk minimal dua derajat.
"Untuk menentukan 1 Syawal, MUI Kabupaten Cianjur melihat langsung hilal di tempat yang sudah ditentukan, hari Rabu (15/8) di Pelabuhan Ratu," ujarnya.
Meski demikian, Yani memprediksi 1 Syawal 1433 Hijriyah jatuh hari Minggu (19/8), sehingga pelaksanaan shalat Idul Fitri bagi seluruh umat muslim dapat secara serentak dilakukan tanpa adanya perbedaan.
"Walaupun dalam hitungan berdasarkan kesepakatan para ulama pelaksanaan Ramadhan hanya 29 hari, namun tetap masuk hitungan 1 bulan penuh menjalankan puasa," katanya.
Tunggu hasil sidang isbath Meskipun dalam lampiran SKB tiga menteri tentang cuti bersama tahun 2012 disebutkan bahwa Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 19-20 Agustus, tetapi ini baru perkiraan berdasarkan penanggalan saja.
Sebelumnya muncul kabar jika Kementerian Agama tidak lagi menggelar sidang isbath secara terbuka, karena pada isbath penetapan 1 Ramadhan 1433 H lalu masyarakat disuguhi banyak perdebatan. Begitu lamanya isbatjh, penetapan awal puasa muncul lebih dari satu jam setelah azan Isya.
Proses sidang isbath yang diwarnai banyak perdebatan ini disebut tidak baik jika menjadi tontonan masyarakat. Sebab bisa menimbulkan kesan jika umat Islam di Indonesia tidak kompak. Hanya untuk urusan penetapan 1 Ramadan saja debatnya cukup panjang.
Keputusan Kemenag tetap menjalankan sidang isbath secara terbuka dikuatkan dengan pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali bahwa jika sidang digelar tertutup, pemerintah khawatir disebut merekayasa hasil isbath.
Meskipun belum ada ketetapan resmi, kemungkinan besar tidak ada perbedaan penetapan 1 Syawal diantara ormas-ormas besar dengan pemerintah. 1 Syawal 1433 H diprediksi bakal jatuh pada 19 Agustus 2012.
Kementerian Agama sendiri akan melangsungkan sidang isbath penentuan 1 Syawal 1433 Hijriyah hari Sabtu (18/8). Besar kemungkinan tidak ada perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1433 Hijriyah, sehingga umat Islam di Indonesia dapat merayakan Lebaran berama-sama.
Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan, pemerintah akan menentukan Lebaran 2012 atau Idul Fitri 1433 Hijriyah, di akhir pelaksanaan ibadah puasa yakni sehari sebelum Lebaran versi Muhammadiyah yang sudah menentukan Idul Fitri 1433 Hijriyah jatuh pada 19 Agustus 2012.
"Tanggal 18 Agustus kami baru sidang isbath, setelah itu baru bisa kami bisa umumkan kapan Lebaran," ujar menteri.
Oleh karena itu, pemerintah mengimbau agar masyarakat menunggu ketetapan pemerintah dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriyah. Imbauan ini disampaikan Kepala Sub-Direktorat Penyuluhan Agama Islam Kementerian Agama, Djawahir Tanthowi.
"Perbedaan Lebaran, menurut dia, seharusnya dapat dihindari. Sebab, lebih dari 33 ormas Islam ikut hadir dalam sidang penentuan Idul Fitri itu. Isbath dihadiri oleh semua tokoh Islam, termasuk Muhammadiyah dan NU. Mereka ikut menandatangani awal Syawal jatuh pada tanggal berapa.
"Nah, kita harus patuhi itu," ujar Djawahir.
Kementerian Agama memiliki orang-orang yang ahli dalam hisab (perhitungan) dan ruhyatul hilal (melihat bulan baru). Ahli Hisab dan Rukyatul Hilal bersidang, kemudian disumpah sebelum menetapkan awal Syawal.
"Jadi sudah kuat," katanya.
Perbedaan 1 Syawal di beberapa komunitas Muslim di Indonesia, menurutnya, baru terjadi setelah era reformasi, dengan dalil untuk menghormati perbedaan umat. Ini merupakan tantangan bagi para penyuluh di Kementerian Agama untuk meyakinkan komunitas tertentu itu.
Apa yang disampaikan Djawahir bahwa ada komunitas yang liberal, ada yang ekstrim dan moderat adalah fakta. Selama tidak menyangkut masalah akidah, masih bisa ditolerir. Ada benarnya bahwa umat Islam di Indonesia perlu meningkatkan perbaikan muamallah yaitu toleransi kepada setiap umat manusia. (Heri.F/Ant)
(Editor : Heri Firmansyah)
sumber
0 komentar:
Post a Comment